Sabtu, 10 Maret 2012

Sejarah Kembali Terulang (BEM UNP)!!??


Oleh :
Edo Andrefson
Inisiator UNP Leadership Centre
Biro Kestari BEM UNP 2007 & Sekretaris Jendral BEM UNP 2010

Ya… bgitulah tulisan ini memaknai perjalanan 1 tahun kepengurusan BEM UNP 2011. Sebagai bagian dari aktivis mahasiswa di UNP yang sudah merasakan 2 tahun di kepengurusan BEM UNP (2007 & 2010) saya mempunyai rasa memiliki & perhatian lebih akan keberlangsungan roda organisasi mahasiswa tertinggi di UNP ini. Rasa kepedulian saya itu saya tulis dalam bentuk memoar ini.

Tak terasa setahun sudah kepengurusan BEM UNP 2011 ini berjalan. Saya yakin rekan2 disana sudah banyak merasakan suka-duka dalam menjadikan BEM UNP lebih baik dari tahun sebelumnya. Sudah menjadi rahasia umum seperti apa perjalanan BEM UNP 2011 sekarang. Rekan-rekan mungkin masih ingat dengan kritik & saran saya dalam tulisan sebelumnya saat pertengahan kepengurusan BEM UNP. Dalam liputan SKK GANTO, perjalanan BEM seakan “Ada tapi tak terasa”.

BEM UNP sejatinya dalam fungsi & tugas mestinya dapat melaksanakan GBHPK yang sudah dituangkan oleh MPM UNP. Bisa diuraikan dalam bentuk, BEM UNP mestinya dapat melaksanakan program kerja kemahasiswaan tingkat universitas sesuai dengan kebutuhan mahasiswa UNP & membangun pergerakan mahasiswa UNP baik dalam lingkungan UNP maupun di luar kampus.

Beranjak dari fungsi dan tugas BEM UNP, kita bisa melihat secara objektif seperti apa perjalanan BEM UNP sekarang. Dari segi program kerja kemahasiswaan, tak banyak kita merasakannnya & banyak kita melihat permasalahan internal, mulai dari pengunduran diri para pengurus, keterlambatan pengajuan proker, dll. Namun kita salud, BEM UNP telah membangun hubungan dengan Aliansi BEM se Kota Padang & Persatuan Mahasiswa Indonesia-Malaysia. Suatu waktu, saya pernah dimintai tanggapan terkait ini dalam forum terbuka, saya mengatakan, “hal yang mesti diprioritaskan BEM UNP hendaknya mengayomi mahasiswa di selingkungan UNP terlebih dahulu”.

BEM UNP 2011 yang dinahkodai oleh Tommy-Novi mengingatkan kita dengan BEM UNP 2009, saat Kanda Efrans-Wanda menjalankan roda organisasi ini. Pada masa kanda kita ini, BEM UNP dirasakan tidak terlalu aktif & terjebak dalam isu Kongres Mahasiswa yang menghabiskan tenaga & waktu mereka. Sampai sekarang, isu itupun entah kemana rimbanya.
Terlepas dari proses pemilihan presiden BEM dimasa mereka, yang kita sama-sama mengetahui adanya intrik yang sama, kita melihat suatu kejadian yang dianggap tidak sengaja namun serupa, Presiden BEM di masa keduanya ini wisuda dalam perjalanan kepengurusan. Jelas ini menyalahi aturan & janji mereka saat dicalonkan bahwa tidak akan wisuda semasa memangku jabatan. Apalagi yang kita sayangkan, mereka tidak mengkomunikasikan terlebih dahulu ke MPM & diketahui belakangan. Entah apa istilah yang akan sebut dengan sikap mereka seperti ini.

Ini bukan soal siapa & darimana yang memegang amanah ini namun ini terkait kapasitas & integritas dari pemimpin itu sendiri. Kita bisa melihat & merasakan, seterusnya kita seakan berucap, “Sejarah Kembali Terulang”. Semoga ini menjadi catatan untuk mereka & kita semua untuk dapat berbenah & bangkit untuk BEM UNP lebih baik.

Demi Allah, Untuk Almamater & Bangsa!!

3 komentar

Anonim

Mungkin karena dari awal sudah memiliki tujuan yang tidak tepat atau memang "dipaksakan" menjadi Presiden Mahasiswa dengan dukungan mayoritas dari Fakultas Presma tersebut. Sepertinya harus menjadi pelajaran berharga, jangan sampai terulang untuk yang ke tiga kalinya.

Padang Betta 22 Maret 2012 pukul 17.29

Dear Edo,

Perkenankan saya ikut memberikan opini. Menurut hemat saya, hal tersebut menunjukkan bahwa roda organisasi kemahasiswaan di UNP yang sama-sama kita cintai ini, kurang berjalan dengan baik. Masih timpang, belum kondusif.

Benar, banyak sekali persoalan kemahasiswaan yang terjadi di UNP, yang luput dari perhatian masa kepengurusan Tommy-Novi, maupun Efrans-Wanda.

Kita semua juga pantas kecewa, amanah yang diberikan tidak dijunjung tinggi. Namun, andai kita lalai dengan hal ini tentu kita hanya akan terjebak dalam kepentingan praktis semata. Oleh karena itu alangkah lebih baik jika saat ini kita tetap objektif, jadikan yang silam sebagai pembelajaran, dan yang hari depan sebagai tantangan.

Meski demikian jika Edo ingin mempersoalkan kinerja suatu kepengurusan disaat mereka telah 'usai' di mana sebenarnya tidak memberikan banyak arti untuk dibahas, baiklah maka saya akan ikut menyikapi. Dan semoga kita mendapat sesuatu darinya.

Saya akan memulainya dengan pertanyaan. Apa sebenarnya yang menjadi indikator satu masa kepengurusan atau kepengurusan lainnya boleh dikatakan berhasil? Atau sebut saja, apa yang menjadi indikator berhasilnya masa kepengurusan BEM 2010 di mana Saudara Edo berada di dalamnya? Apakah cukup dengan menyelesaikan masa jabatan dan menjalankan semua program, bisa dikatakan berhasil? Tentu ini perlu pembahasan lain, jabatan yang mana dan program seperti apa yang berhasil tersebut? Belum lagi jika dibandingkan penggunaan anggaran dengan realisasi program berjalan. Namun, jika saudara Edo berkenan dan bisa membagi indikator keberhasilan tersebut di sini, tentu akan lebih baik lagi dan kita semua kelak bisa menilainya.

Mencari-cari kesalahan terdahulu bukanlah sesuatu yang bijak, sebab mungkin saja kita semua telah keliru dan abai untuk ikut di dalamnya. Membiarkan kepengurusan tanpa proses pengawasan, yang melibatkan seluruh mahasiswa UNP--yang notabene adalah representasi Kepengurusan BEM--merupakan sesuatu yang mustahil.

Sekali lagi Edo mungkin benar, tentang kegiatan kepengurusan yang kurang dirasa mahasiswa. Akan tetapi semua ini adalah persoalan bersama. Hal ini menunjukkan bahwa berbagai program yang dijalankan selama ini baru dimiliki segelintir orang, belum keseluruhan mahasiswa UNP. Urun-rembuk tidak terjadi antara pengurus dengan mahasiswa. Ataupun learning transfer dari pengurus lama dan pengurus berikutnya juga kurang terjadi atau tidak ada sama sekali.

Padahal, sudah diketahui bersama, bahwa setiap individu (mahasiswa) berhak atas suara-nya untuk menyampaikan keinginan diri sendiri, atau golongan, serta atas nama universitas. Itu jualah yang menjadi salah satu alasan kuat kenapa mahasiswa turun ke jalan, mendemo kebijakan presiden yang dirasa bukan pro-rakyat, meskipun belum tentu ia ikut memilih SBY pada 2009 lalu. Ini semua hanya karena merasa mereka memiliki pemimpin yang sama, dan saat itu pemimpin perlu diingatkan lagi.

Akhirnya, semua persoalan yang telah berlalu tersebut mengajarkan kita akan satu hal penting bahwa: regenerasi Badan Eksekutif Mahasiswa belum berhasil!

Harus diakui, bahwa setiap kepengurusan merasa hanya 'berkewajiban' untuk memenuhi tuntutan 'tugas' untuk satu tahun saja. Setelah itu habis. Sehingga tidak ada pengurus yang merasa punya kewajiban lain yang jauh lebih penting yaitu mempersiapkan kader atau calon pemimpin yang nantinya juga bisa me-regenerasi pengurus berikutnya.

Untuk itu, saya dan beberapa orang teman sangat berterimakasih sekali dengan adanya UNP Leadership Centre ini. Maka, tertompang sudah beban persoalan pengkaderan tersebut kepada UNP-LC, yang diharapkan mendapatkan solusi nantinya. Sehingga diharapkan tidak ada lagi "Sejarah (Buruk) Kembali Terulang".


Best regards

Romi Mardela
mantan aktivis yang ingin lagi peduli Ormawa, dan dapat dihubungi di @da_omi dan http://mardela.web.id

nb. Ini bukanlah hak jawab dari keempat orang ataupun lembaga yang saya sebut di atas, tapi hanyalah kegalauan hati dari Subuh yang sepi.

UNP Leadership Centre 24 Maret 2012 pukul 08.03

Terimakasih Uda Romi atas tanggapannya.
Indikator dari keberhasilan BEM UNP itu ada di Garis Besar Haluan Program Kerja yang dibuat oleh MPM UNP sbagai indikator perjalanan BEM UNP. Kta bisa melihat dari usulan program kerja di awal kepengurusan & menilainya saat diakhirnya sperti apa realisasinya.

Selain itu keutuhan internal kpengurusan BEM & memegang amanah hingga akhir kepengurusan juga jadi indikator.

smoga harapan Uda untuk UNP LC dapat kami realisasikan. Sehingga diharapkan tidak ada lagi "Sejarah (Buruk) Kembali Terulang".

Posting Komentar